Kamis, 18 Desember 2008

KUBU (1)

SUKU ANAK DALAM
Oleh Achmad Mendatu

(Artikel ini adalah bagian dari tulisan panjang tentang Orang Rimba atau lebih dikenal dengan sebutan Suku Anak Dalam di Taman Nasional Bukit Duabelas, Jambi. Secara keseluruhan, artikel mengenai Orang Rimba bisa Anda temukan secara terpisah dalam rangkaian situs psikologi online)

Orang Rimba atau lazim disebut Suku Anak Dalam adalah sebuah entitas etnik minoritas yang namanya sangat populer dalam beberapa tahun terakhir. Berbagai media massa, baik media cetak maupun elektronik, kerap menurunkan pemberitaan mengenai etnik tersebut. Namun mungkin dikarenakan keterbatasan ruang maupun waktu, pemberitaan itu sering sepenggal-sepenggal. Hal itu meninggalkan sebuah pertanyaan besar di benak banyak orang. “Seperti apakah sesungguhnya kehidupan mereka?” Naskah ini adalah jawaban bagi pertanyaan itu.

Apa yang diharapkan orang ketika mulai membaca sebuah naskah tentang etnik minoritas? Tipikal, rata-rata orang berharap untuk membaca sebuah eksotisme kehidupan. Sesuatu yang aneh, mencengangkan, langka, dan mengejutkan diharapkan ada dalam naskah itu. Semoga naskah ini tidak mengecewakan dari sisi eksotisme. Bagaimanapun sebuah eksotisme dalam arti sesuatu yang sungguh-sungguh berbeda adalah sesuatu yang sangat subjektif. Sesuatu yang eksotik menurut seseorang belum tentu eksotik menurut orang lain. Memuaskan semua orang adalah sesuatu yang sulit. Lebih sulit daripada apapun, kata Kahlil Gibran. Lagipula, sebuah eksotisme tentang kehidupan tidak bisa dicari-cari layaknya imajinasi. Ia ada jika memang ada. Jadi, akan tinggal tergantung anda, apakah anda menangkap sebuah eksotisme atau tidak.

Orang Rimba tersebar di berbagai lokasi berbeda di hutan-hutan Jambi. Mereka terdiri dari kelompok-kelompok berbeda di bawah kepemimpinan temenggung atau kepala suku yang berbeda pula. Orang Rimba yang menjadi subjek dalam buku ini adalah Orang Rimba kelompok Makekal Hulu yang dipimpin oleh Temenggung Segrip. Ruang hidup mereka adalah daerah barat Taman Nasional Bukit Duabelas. Apabila tidak menyebutkan nama kelompok lain, berarti yang dimaksud adalah kelompok Makekal Hulu. Lokasi desa terdekat kelompok ini adalah desa Bukit Suban, Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun.

Orang Rimba adalah masyarakat hutan yang benar-benar tinggal dan hidup di dalam keteduhan hutan. Mereka memanfaatkan seluruh ruang hutan bagi kehidupan. Filosofi hidup mereka pun bersumber pada kehidupan hutan. Jumlah mereka sangat sedikit, sekitar 3000 jiwa. Jauh lebih sedikit daripada mahasiswa UGM Jogja yang berjumlah sekitar 50 ribu mahasiswa. Jumlahnya hanya setara dengan jumlah dosen UGM. Satu desa di pedesaan pulau Jawa saja masih lebih banyak penduduknya. Namun demikian, mereka menikmati kepopuleran nasional dan bahkan internasional.

Kehidupan yang unik dan eksotik adalah sebab kepopuleran mereka. Di tengah derap dunia yang melaju cepat, mereka masih saja terkungkung dalam kehidupan seperti yang dilaksanakan nenek moyang mereka ratusan atau bahkan ribuan tahun yang silam. Mereka berkeyakinan bahwa merubah alam adalah pembangkangan terhadap kehendak Tuhan dan merupakan pelanggaran adat. Namun sebenarnya mereka juga berubah, meski perlahan. Interaksi dengan masyarakat luar hutan dan perubahan lingkungan yang begitu cepat dalam beberapa dekade terakhir memaksa mereka untuk menyesuaikan diri. Orang Rimba saat ini adalah Orang Rimba yang sedang berubah.

Kehidupan Orang Rimba dalam buku ini adalah kehidupan kekinian yang benar-benar dijalani saat ini. Siapakah sebenarnya Orang Rimba, dimana mereka tinggal, bagaimana lingkungan hidup mereka, bagaimana dunia batin mereka, bagaimana penghidupan mereka, bagaimana kehidupan sosial dan gaya hidup mereka, adalah tema-tema yang coba dipaparkan. Selain itu dipaparkan pula mengenai sekolah rimba yang diselenggarakan untuk mereka di dalam hutan dan kondisi emosi mereka. Tidak ketinggalan adalah pergulatan Orang Rimba dalam menghadapi perubahan yang begitu cepat di sekeliling mereka.

bersambung....

(sumber:achmad mendatu)

artikel yang berhubungan



0 komentar:

Template by - Abdul Munir - 2008 - layout4all